Alinaone.org – Ini adalah kisah Alif, seorang pemuda canggung yang jatuh cinta pada seorang gadis bernama Rania, tetangganya yang selalu ceria. Alif percaya kalau perasaan rindu harus disampaikan lewat aksi nyata, meskipun aksinya sering kali malah jadi bencana komedi.
Dari pesan cinta yang salah kirim hingga “operasi ninja” membawakan bubur saat Rania sakit, Alif selalu menemukan cara kreatif untuk mempermalukan dirinya sendiri. Namun, di balik semua kekonyolan itu, ada pelajaran berharga tentang keberanian, kejujuran, dan cinta yang tulus.
Ketika Rindu Berbicara dalam Diam (Aliana Novel)

Bab 1: Tetesan Hujan dan Sebuah Senyum
Di sebuah kompleks kecil yang damai, tinggal Alif, seorang pemuda introver dengan hobi mengoleksi tanaman hias. Hidupnya datar, seperti piringan hitam yang hanya memutar satu lagu. Namun, semuanya berubah saat tetangganya, Rania, pindah ke rumah sebelah. Rania adalah gadis yang selalu membawa senyum selebar gerbang kompleks.
Baca Juga : Horizon Delta: Peradaban yang Hilang (Aliana Novel)
Hari pertama mereka bertemu, Alif sedang mencoba menutupi kaktusnya dari hujan—usaha yang sama absurdnya dengan mencoba memindahkan gunung. Rania tertawa melihat aksi itu. “Kaktusnya takut basah, Mas?” tanyanya, membuat wajah Alif memerah seperti tomat yang diperas.
Dari situlah cerita ini dimulai. Diam-diam, Alif mulai mengagumi Rania. Tapi seperti kebanyakan pria canggung, ia lebih memilih memendam perasaan daripada berani bicara.
Bab 2: Operasi Bubur Ninja
Saat Rania jatuh sakit, Alif melihatnya sebagai kesempatan untuk menunjukkan perhatiannya. Tapi, karena terlalu pemalu untuk mengantarkan bubur secara langsung, ia memutuskan untuk melakukan operasi ninja.
Pukul 10 malam, dengan pakaian serba hitam dan masker ninja (yang sebenarnya adalah masker wajah ibunya), Alif mengendap-endap menuju rumah Rania. Namun, aksi ini jauh dari mulus.
Saat ia memanjat pagar, celananya tersangkut di ujung besi. “Ckrek!” Bunyi robekan membuatnya panik. Alih-alih turun, ia malah terjatuh ke kolam kecil di depan rumah Rania.
Rania, yang mendengar suara gaduh, keluar dengan wajah bingung. Melihat Alif basah kuyup dengan celana robek dan membawa mangkuk bubur, ia tak bisa menahan tawa. “Mas Alif, ini niat baik atau audisi komedi?” tanyanya sambil menutup mulutnya yang tergelak.
Bab 3: Pesan Cinta yang Salah Kirim
Masih belum menyerah, Alif mencoba cara lain. Ia menulis pesan cinta yang manis dan mengirimkannya lewat WhatsApp. Sayangnya, karena gugup, ia malah mengirim pesan itu ke grup keluarga kompleks.
Pesannya berbunyi: “Rania, aku suka kamu sejak pertama kali kita bertemu. Senyummu seperti mentari pagi yang menghangatkan hatiku.”
Hampir semua anggota grup bereaksi, dari emoji tertawa hingga komentar seperti, “Alif, akhirnya kamu jatuh cinta juga!”
Baca Juga : Cinta di Balik Utang Warteg (Aliana Novel)
Rania juga membaca pesan itu. Namun, bukannya marah atau ilfeel, ia hanya membalas dengan kalimat pendek, “Terima kasih, Mas Alif. Ayo kita bicara nanti.”
Bab 4: Keberanian yang Akhirnya Datang
Alif tahu ini saatnya untuk berhenti sembunyi. Ia mengundang Rania untuk duduk bersama di taman kompleks. Dengan tangan gemetar dan suara terbata-bata, ia mengungkapkan semua perasaannya.
Rania mendengarkan dengan senyum lembut. Setelah Alif selesai, ia menjawab dengan candaan, “Jadi selama ini, semua kekonyolan itu buat aku, ya? Aku terharu, tapi aku nggak akan memaafkan bubur yang kamu jatuhkan ke kolam itu.”
Keduanya tertawa, dan di momen itu, Alif merasa seperti beban raksasa di pundaknya telah hilang. Mereka akhirnya memutuskan untuk mulai mengenal satu sama lain lebih dalam.
Bab 5: Ketika Rindu Tak Lagi Diam
Alif belajar bahwa cinta bukan hanya soal perasaan, tapi juga keberanian untuk menghadapi ketakutan sendiri. Kini, ia dan Rania sering menghabiskan waktu bersama, dari merawat tanaman hingga berburu bubur di tengah malam.
Rindu mereka tak lagi berbicara dalam diam. Sebaliknya, mereka berbicara lewat tawa, canda, dan momen-momen kecil yang penuh kebahagiaan.
Epilog
Beberapa bulan setelah mereka resmi jadi pasangan (meski belum ada status yang diumumkan ke publik kompleks), Alif dan Rania punya rutinitas kecil yang lucu—mereka berkompetisi membuat momen memalukan satu sama lain.
Suatu hari, Alif mencoba membuat kejutan ulang tahun untuk Rania dengan menulis, “Happy Birthday Rania” menggunakan lampu kelap-kelip di taman depan rumahnya. Tapi alih-alih romantis, huruf “R” di nama Rania mati sehingga hanya tertulis “Happy Birthday Ania.” Rania tertawa sampai jatuh ke kursi taman. “Ini sih lebih cocok buat Ania di sebelah blok C, Mas!”
Namun, bukan Rania kalau nggak balas. Ketika Alif tidur siang, ia menggambar kumis tebal di wajah Alif menggunakan eyeliner waterproof. Saat Alif bangun dan keluar rumah, semua tetangga menahan tawa melihat wajahnya yang seperti pelawak tahun 80-an.
“Rania!” seru Alif sambil memegang pipinya yang hitam legam. Rania hanya mengangkat bahu, lalu berkata, “Cinta itu seni prank, Mas. Kalau nggak, nggak asyik.”
Lelucon yang Menjadi Ikatan
Bagi mereka, cinta adalah soal berbagi kekonyolan, menerima kekurangan, dan membangun kepercayaan. Ketika Alif berhenti terlalu serius memikirkan dirinya sendiri, ia akhirnya bisa menikmati cinta yang apa adanya. Dan Rania, dengan caranya yang ceria, mengajarkan Alif untuk melihat hidup dari sisi yang lebih ringan.
Baca Juga : Di Bawah Panji Langit Timur (Aliana Novel)
Di akhir cerita, mereka tidak hanya menjadi pasangan, tetapi juga sahabat terbaik yang saling melengkapi.
Malam itu, saat mereka duduk di teras sambil menyeruput teh manis buatan Rania, Alif berkata pelan, “Aku dulu takut menyampaikan rindu. Tapi kamu bikin semuanya jadi sederhana.”
Rania tersenyum, lalu menggoda, “Masih takut nggak?”
“Kalau sekarang sih takutnya cuma sama eyeliner kamu,” jawab Alif sambil tertawa.
Dan seperti itu, hidup mereka terus berjalan. Kadang rindu, kadang malu, tapi selalu penuh tawa.
Pesan Moral
Ketika rindu berbicara dalam diam, kita sering kehilangan momen berharga. Tapi begitu keberanian datang, cinta yang sejati akan berbicara dengan caranya sendiri—meskipun kadang lewat prank dan kekonyolan yang bikin pipi memerah!