Alinaone.org – Pernah nggak sih, lagi santai scroll Spotify, tiba-tiba kepincut lagu lawas yang bikin hati bergetar? Padahal udah puluhan tahun berlalu, tapi denting gitarnya, liriknya yang sederhana, dan suara penyanyinya tuh… kok bisa ya langsung nyentuh?
Kita bisa denger lagu baru dengan teknologi canggih, mixing kinclong, dan efek suara yang wow. Tapi kenapa justru lagu-lagu jadul yang sering bikin kita tersentuh, mellow, bahkan mewek?
Tenang, kamu nggak sendirian. Spotify pun udah ngelirik fenomena ini. Dan ternyata… mereka punya jawabannya.
Kenapa Lagu Lama Lebih Ngena?
Spotify mencatat lonjakan besar pemutaran lagu-lagu lama dari dekade ‘70an sampai awal 2000an. Dari Queen, Dewa 19, Nirvana, hingga Koes Plus dan Ebiet G. Ade, semuanya tiba-tiba naik daun lagi. Bukan cuma yang ngalamin masanya, tapi juga generasi muda yang bahkan belum lahir saat lagu itu booming.
Baca Juga : Spotify Wrapped Panggung Tahunan yang Bikin Deg-degan
Kenapa? Karena lagu lama itu kayak mesin waktu. Begitu nada pertamanya terdengar, boom! Kita langsung kelempar balik ke masa kecil, masa SMA, atau momen pertama jatuh cinta. Ada aroma dapur ibu, suara motor bapak pulang kerja, atau bahkan bau buku tulis yang baru dibeli.
Spotify bilang, ini disebut sebagai nostalgia effect. Otak manusia itu suka banget nyimpen emosi lewat suara. Jadi, ketika kita denger lagu yang pernah nemenin momen penting, memori itu bangkit lagi—lengkap sama perasaan, bau, suara, dan suasananya. Serem ya? Tapi indah juga.
Simpel Tapi Kena Dari sisi musikalitas, lagu lama itu nggak neko-neko. Chord-nya sederhana, beat-nya stabil, dan liriknya… aduh, ngena banget.
Coba bandingin:
Lagu baru: “Ku swipe hatimu, tapi notifmu nggak centang dua…”
Lagu lama: “Kau begitu berarti, dalam hidupku ini…”
Spotify bahkan bikin riset internal dan nemu fakta unik: lagu-lagu dari era 80an–90an punya struktur yang lebih “nyaman di otak”. Tidak terlalu kompleks, tidak terlalu cepat. Otak manusia bisa menyerapnya dengan lebih mudah, dan itu bikin kita lebih mudah terkoneksi secara emosional.
Lagu lama itu kayak cerita rakyat. Sederhana tapi sarat makna. Kita bisa nyanyiin dari hati, tanpa harus buka Google dulu buat cari liriknya.
Era Emosional, Bukan Era Viral
Lagu jaman dulu itu lahir dari era yang berbeda. Bukan era like dan share, tapi era di mana musisi nulis lagu pake hati, bukan algoritma.
Spotify mencatat bahwa lagu-lagu lawas yang booming sekarang, dulunya nggak dibikin buat viral. Tapi karena kedalaman emosinya, mereka tetep relevan sampai sekarang.
Musik saat itu bukan soal tren, tapi tentang rasa. Tentang patah hati yang nggak sempat diungkap, rindu yang membatu, atau harapan yang kandas sebelum mekar. Dan karena kita semua pernah ngerasain hal-hal itu—mau sekarang atau dulu—lagu-lagu itu jadi seperti cermin jiwa.
Spotify Wrapped Bukti Cinta Tak Kenal Waktu
Setiap akhir tahun, Spotify ngerilis Spotify Wrapped, semacam rekap lagu dan artis yang paling sering kita dengerin. Dan tahu nggak? Banyak orang yang kaget waktu nemuin lagu-lagu favorit mereka ternyata lagu jadul.
Ada yang mikir, “Lah kok gue dengerin Sheila On 7 terus?”
Atau, “Kok The Cranberries muncul mulu sih?”
Ya itu dia. Tanpa sadar, kita balik lagi ke lagu-lagu lama, karena mereka kasih kenyamanan yang lagu-lagu baru belum tentu bisa.
Spotify bahkan nyediain playlist khusus kayak “All Out 80s”, “Nostalgia Indonesia”, atau “Time Capsule” buat bantu kita menyelam lebih dalam ke masa lalu. Dan animo pendengarnya? Gede banget.
Jangan salah, bukan cuma generasi 90an yang kesengsem sama lagu lawas. Gen Z pun ikut terbius.
Menurut data Spotify, lonjakan pemutaran lagu-lagu seperti Fleetwood Mac, Beatles, atau bahkan Chrisye banyak datang dari akun dengan usia di bawah 25 tahun. Kenapa?
Karena di tengah gempuran beat elektronik dan autotune, suara gitar akustik dan vokal murni itu jadi kayak oase di tengah padang algoritma.
Mereka merasa lagu lama lebih jujur, lebih “raw”, dan lebih bisa dirasain. Seolah-olah musisinya lagi curhat langsung ke telinga kita, tanpa filter.
Ketika Lagu Lama Jadi Viral Lagi
Menariknya, lagu lama pun sekarang bisa jadi viral—bukan karena baru dirilis, tapi karena ditemukan ulang.
Contohnya? Lagu “Running Up That Hill” dari Kate Bush yang tiba-tiba meledak gara-gara muncul di serial Stranger Things. Padahal itu lagu dari tahun 1985!
Atau “Begitu Indah” dari Padi yang tiba-tiba rame lagi di TikTok karena backsound konten mellow.
Baca Juga : Lagu Favoritmu Bisa Ngambek? Cek Fakta di Spotify!
Spotify memperhatikan ini dan mulai ngasih tempat khusus buat “revival hits”—lagu-lagu yang hidup kembali gara-gara platform lain, tapi bertumbuh subur di Spotify.
Lagu Lama = Keabadian, Di era di mana semuanya serba cepat, lagu lama ngajarin kita buat pelan-pelan.
Buat nikmatin lirik, bukan cuma beat. Buat ngerasain emosi, bukan sekadar joget. Buat denger, bukan sekadar lewat.
Spotify tahu ini. Dan itulah kenapa mereka ngasih porsi spesial buat lagu-lagu lawas. Mereka sadar, musik bukan cuma soal tren. Musik adalah sejarah. Adalah cerita. Adalah bagian dari siapa kita.
Akhir Kata
Mungkin ini bukan cuma soal musik. Ini soal kerinduan akan masa yang lebih sederhana. Saat kita bisa jatuh cinta tanpa takut di-read doang. Saat kita bisa sedih tanpa harus update story.
Lagu lama tuh kayak pelukan dari masa lalu. Nggak banyak tanya, tapi hangat dan penuh makna. Dan untungnya, Spotify ngerti itu. Mereka bukan cuma tempat streaming lagu, tapi seperti perpustakaan kenangan.