Alinaone.org – Di suatu sudut galaksi yang terlalu malas untuk ikut-ikutan perang bintang, terdapat sebuah planet bernama Horizon Delta. Planet ini dikenal dengan keajaiban teknologinya yang sangat maju—saking majunya, sampai-sampai warganya lupa cara mematikan lampu. Mereka hanya membiarkan semuanya menyala. Akibatnya? Planet itu bersinar seperti bola disko di tengah jagat raya. NASA pernah salah mengira planet ini sebagai supernova, hingga akhirnya sadar bahwa itu cuma pencahayaan berlebihan.
Horizon Delta: Peradaban yang Hilang (Aliana Novel)
Penduduk Horizon Delta disebut Deltonian. Mereka adalah spesies yang sangat pintar, tapi kelewat santai. Kalau ada alien yang menyerbu planet mereka, reaksi pertama para Deltonian biasanya adalah, “Mau teh atau kopi?”

Di tengah kehidupan damai ini, muncul seorang tokoh bernama Zelko Parnova, seorang penemu yang sangat dihormati. Ia baru saja menciptakan alat yang disebut “Projeksi Dimensi 4D Max Turbo”, yang sebenarnya hanyalah kaca pembesar yang diberi lampu neon. Tapi Deltonian lain memujanya seperti dewa karena mereka sangat malas memverifikasi fakta.
Bab 1: Peradaban yang Lupa Tujuan
Horizon Delta dulunya adalah pusat peradaban galaksi. Mereka menciptakan segala macam teknologi mulai dari teleportasi instan hingga mesin yang bisa memesan pizza langsung ke otak. Tapi ada satu masalah besar: teknologi itu begitu canggih hingga para Deltonian berhenti berpikir. Bahkan, mereka tidak tahu cara mengganti baterai remote TV mereka, karena mereka tinggal membuat remote baru setiap kali yang lama habis daya.
Baca Juga : Di Bawah Panji Langit Timur (Aliana Novel)
Zelko, sang penemu, menyadari ada sesuatu yang salah. “Kita sudah terlalu bergantung pada teknologi!” katanya, berdiri di atas meja ruang makan keluarga yang penuh dengan piring-piring yang membersihkan dirinya sendiri. “Bayangkan jika semua teknologi ini mati! Kita akan terjebak dalam kekacauan!”
Namun, istrinya, Larka, hanya melirik sambil mengunyah keripik yang secara otomatis muncul di tangannya. “Zelko, kamu tahu nggak, masalahmu itu kayak sinyal Wi-Fi di lantai bawah: nggak nyampe ke orang-orang.”
Zelko tidak menyerah. Ia memutuskan untuk mengumpulkan para intelektual Deltonian di Balai Teknologi, yang sebenarnya hanyalah kafe dengan banyak colokan listrik. Di sanalah ia mengajukan gagasannya: mematikan semua teknologi selama sehari penuh.
“Semua teknologi?” tanya seorang Deltonian dengan ekspresi ngeri, seolah-olah Zelko baru saja mengusulkan untuk mengganti kopi dengan teh herbal.
“Ya,” tegas Zelko. “Kita perlu ingat bagaimana rasanya menjadi Deltonian sejati!”
Bab 2: Hari Tanpa Teknologi
Hari yang ditentukan tiba. Seluruh planet berada dalam keadaan siaga. Teknologi dihentikan total. Lampu mati, mesin pizza instan berhenti bekerja, dan yang paling parah, tidak ada lagi remote yang bisa otomatis berpindah ke saluran komedi favorit.
Reaksi penduduk Horizon Delta? Kacau balau.
Di pasar, orang-orang kebingungan bagaimana cara membeli barang tanpa barcode scanner. “Apa aku harus menghitung uang sendiri? Ini barbar!” teriak seorang ibu sambil memegang kalkulator yang sudah mati.
Sementara itu, di rumah Zelko, anak-anaknya memandang ayah mereka dengan tatapan memelas. “Pa, gimana kita nonton serial favorit? TV-nya nggak nyala.”
“Coba baca buku,” jawab Zelko dengan penuh semangat.
“Buku?” Anak-anak itu saling memandang dengan bingung. “Apa itu buku?”
Zelko mendesah panjang. Horizon Delta sudah terlalu lama tenggelam dalam teknologi, sampai-sampai hal-hal sederhana seperti membaca buku menjadi misteri kuno.
Bab 3: Alien Datang Berkunjung
Tepat ketika semua orang mencoba bertahan hidup tanpa teknologi, sebuah kejadian luar biasa terjadi. Sebuah kapal alien mendarat di Horizon Delta. Alien tersebut, bernama Glarb, adalah makhluk dari planet tetangga yang ingin belajar teknologi canggih.
Namun, ketika Glarb keluar dari kapalnya, ia mendapati planet itu dalam keadaan primitif. Tidak ada mesin, tidak ada cahaya, hanya suara orang-orang yang mengeluh karena mereka tidak tahu cara memasak tanpa microwave.
“Di mana teknologi kalian?” tanya Glarb, mencoba memahami situasi.
Zelko, yang melihat ini sebagai kesempatan emas, menjawab, “Kami sedang menjalani eksperimen sosial. Ini adalah hidup tanpa teknologi. Bagaimana menurutmu?”
Glarb tertawa terbahak-bahak, suaranya seperti blender yang kelebihan beban. “Kalian menyebut ini eksperimen? Di planetku, kami menyebut ini bencana.”
Bab 4: Revolusi Tanpa Logika
Kedatangan Glarb menjadi katalisator perubahan besar. Penduduk Horizon Delta merasa malu. Mereka tidak ingin dianggap bodoh oleh alien, jadi mereka berusaha keras untuk kembali ke akar tradisional mereka. Orang-orang mulai mencoba hal-hal seperti bercocok tanam, membuat api dengan batu, dan menggambar di dinding gua.
Masalahnya, semua itu dilakukan tanpa pengetahuan dasar. Alih-alih menanam tanaman, mereka justru menanam sepatu. Ketika mencoba membuat api, beberapa dari mereka malah membuat ledakan kecil. Dan seni dinding gua? Isinya cuma gambar stickman yang sedang memegang secangkir kopi.
“Ini tidak akan berhasil,” keluh Zelko sambil menatap kehancuran di sekelilingnya. Tapi Glarb, si alien, punya ide cemerlang. “Kenapa kalian tidak belajar untuk seimbang? Gunakan teknologi, tapi jangan sampai diperbudak olehnya.”
Bab 5: Pelajaran dari Alien
Dengan bantuan Glarb, Horizon Delta mulai membangun kembali peradabannya. Mereka menciptakan teknologi yang lebih sederhana, yang memungkinkan mereka tetap berpikir dan bekerja. Remote TV mereka kini dilengkapi tombol manual. Mesin pizza hanya bisa digunakan jika seseorang tahu cara membuat adonan terlebih dahulu. Bahkan, ada buku panduan tentang cara mematikan lampu—buku paling laris sepanjang sejarah Horizon Delta.
Baca Juga : Cinta di Balik Utang Warteg (Aliana Novel)
Zelko menjadi pahlawan. Ia dikenal sebagai “Bapak Kebangkitan Tradisional Modern.” Sementara itu, Glarb kembali ke planetnya, membawa cerita tentang planet bola disko yang akhirnya belajar menjadi manusiawi.
Epilog
Horizon Delta perlahan menjadi planet yang seimbang. Mereka tetap memiliki teknologi canggih, tapi tidak melupakan pentingnya berpikir. Penduduknya tidak lagi panik saat remote TV kehabisan baterai, karena mereka tahu caranya mengganti.
Dan Zelko? Ia menikmati popularitas barunya dengan santai, sambil menikmati secangkir teh di bawah lampu yang akhirnya bisa dimatikan.