Alinaone.org – Di sebuah desa kecil yang tenang, ada seorang pria bernama Doni yang mendambakan kehidupan mewah dengan segala harta dan tahta. Namun, tanpa diduga, kehidupannya menjadi kacau ketika ia terjebak dalam drama tetangga yang lebih rumit daripada rencana meraihnya.
Kisah ini penuh dengan komedi ringan tentang ambisi, kesalahpahaman, dan kejadian tak terduga yang mengocok perut.
Harta, Tahta, Masalah Tetangga (Aliana Novel)

Bab 1: Harta, Tahta, dan Peninggalan Tak Terduga
Doni hidup sederhana, atau lebih tepatnya, apa yang orang sebut “cukup makan”. Namun, ia selalu percaya bahwa suatu hari nanti, ia akan menjadi orang kaya. Masalahnya, jalan menuju kekayaan yang ia pilih tidak biasa—bukan lewat kerja keras, melainkan lewat rencana jenius yang, meskipun tidak masuk akal, selalu ada peluang besar.
Baca Juga : Neurochaos: Simfoni Pikiran Terakhir (Aliana Novel)
Suatu hari, saat Doni sedang berusaha mencari peluang baru, ia mendengar rumor tentang sebuah harta warisan yang konon ada di rumah tetangganya, Pak Surya. Pak Surya adalah seorang kakek yang dikenal misterius dan sangat kaya. Namun, anehnya, dia tidak pernah memiliki anak atau cucu yang bisa mewarisi hartanya. Jadi, siapa yang berhak menerima harta itu?
Doni dengan segera mulai merencanakan cara untuk bisa mendekati Pak Surya. Tapi, seperti biasa, rencana-rencana Doni selalu melibatkan kesalahan besar yang tidak pernah ia duga.
Bab 2: Komplikasi yang Tak Terduga
Ketika Doni berusaha mendekati Pak Surya, ia mulai merasa ada yang aneh. Setiap kali mencoba menyapa atau menawarkan bantuan, Pak Surya justru menghindar. Puncaknya, Doni mulai mencurigai tetangga sebelah, Bu Ratna, yang selalu tampak tahu segalanya tentang kehidupan orang lain. Bu Ratna adalah wanita paruh baya yang hobinya adalah mengatur kehidupan orang sekitar dengan cara yang sangat “bijaksana” versi dirinya.
Suatu sore, saat Doni sedang berbincang dengan Bu Ratna, ia tanpa sengaja mendengar pembicaraan tentang harta warisan Pak Surya. Ternyata, Bu Ratna tahu lebih banyak dari yang Doni bayangkan. Bahkan, ia mengaku bahwa ia sudah berencana untuk mengklaim harta tersebut jika Pak Surya tiba-tiba pergi.
“Anak saya kan belum bisa mengurus rumah ini, jadi saya yang paling berhak, kan?” kata Bu Ratna dengan percaya diri.
Doni langsung panik. Jika Bu Ratna sampai berhasil, maka ia akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan harta itu. Terjadilah konfrontasi yang tak terduga antara Doni dan Bu Ratna, di mana keduanya mulai saling tuduh tanpa dasar yang jelas, membuat suasana semakin panas dan penuh drama.
Bab 3: Sang Pencari Harta
Doni mulai berpikir ulang tentang rencananya. Mungkin ini bukan tentang harta semata. Ternyata, masalah tetangga jauh lebih besar daripada sekadar warisan. Bahkan, Pak Surya yang misterius itu mulai menunjukkan sikap yang lebih ramah setelah mendengar keributan antara Doni dan Bu Ratna.
Pak Surya ternyata bukan hanya seorang kakek kaya yang menyimpan harta. Ia punya banyak cerita yang belum pernah didengar orang lain. Dengan penuh humor, Pak Surya bercerita bahwa ia sudah merencanakan semuanya jauh sebelum keributan itu terjadi. Ternyata, harta yang diwariskan bukan materi, melainkan pelajaran hidup dan kebijaksanaan yang tak ternilai harganya.
Bab 4: Pembelajaran Hidup
Setelah berbicara lebih dalam, Doni menyadari bahwa kebahagiaan tidak terletak pada harta atau tahta, melainkan pada hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitar kita. Ia akhirnya meminta maaf kepada Bu Ratna dan mengajaknya untuk bersama-sama mengatur acara kecil di desa, mempererat tali persaudaraan.
Pak Surya, yang merasa bangga melihat perubahan Doni, memberikan sebuah kunci rumah kosong sebagai simbol kepercayaan, dan mengatakan bahwa kehidupan ini bukan hanya tentang harta, tetapi tentang hati yang tulus dan niat yang baik.
Bab 5: Harta yang Sesungguhnya
Doni, meskipun tidak mendapatkan harta kekayaan yang ia impikan, merasa lebih kaya dari sebelumnya. Ia belajar bahwa ada lebih banyak hal berharga di dunia ini daripada sekadar uang dan kekuasaan. Persahabatan, kebahagiaan, dan ketulusan hati adalah harta sejati yang tak bisa dibeli.
Setelah kejadian itu, Doni dan Bu Ratna malah jadi sahabat baik yang saling membantu dalam segala hal. Pak Surya, dengan senyum bijaknya, tetap menjadi orang yang mengingatkan mereka untuk tidak pernah melupakan apa yang benar-benar penting dalam hidup.
Bab 6: Konflik Kecil yang Menggemaskan
Meskipun Doni kini merasa lebih bijaksana, bukan berarti ia benar-benar bebas dari kekacauan. Hidup di desa kecil itu selalu penuh dengan masalah yang lebih sederhana, tetapi tetap membuatnya merasa seperti pahlawan dalam drama yang tak pernah selesai.
Suatu hari, ada desas-desus bahwa ada rencana pembangunan jalan besar yang akan melewati desa mereka. Tentu saja, kabar ini memicu reaksi dari semua warga. Pak Surya yang biasanya tenang, tiba-tiba mulai mengumpulkan penduduk untuk rapat umum. Di sinilah, Doni sekali lagi terjebak dalam pusaran masalah tetangga yang tidak ada habisnya.
Baca Juga : Ketika Rindu Berbicara dalam Diam (Aliana Novel)
“Pak Surya, kalau jalan itu lewat sini, tanah kita jadi lebih berharga, bukan?” tanya Doni dengan penuh harapan, berpikir bahwa ini adalah kesempatan untuk meraup sedikit ‘harta’. Tapi Pak Surya malah tertawa kecil.
“Bukan soal harga tanah, Doni. Ini soal mempertahankan apa yang kita punya, bukan cuma mengejar keuntungan pribadi,” kata Pak Surya dengan nada yang bijak, tapi cukup membuat Doni terdiam.
Di sisi lain, Bu Ratna yang selalu penuh energi, memutuskan untuk memimpin penentangan terhadap pembangunan tersebut. “Kalau jalan itu dibangun, nanti tanah kita jadi terlupakan, kita akan terisolasi!” teriaknya, seolah-olah sedang berbicara dalam sebuah pidato nasional.
Bab 7: Drama Baru yang Menggelikan
Situasi menjadi semakin rumit ketika beberapa warga desa, termasuk Doni, mulai mendukung pembangunan jalan dengan alasan bahwa ini adalah kesempatan untuk memperbaiki ekonomi desa. Namun, ada juga yang khawatir bahwa perubahan ini akan mengubah segalanya, bahkan merusak kedamaian yang selama ini mereka nikmati.
Doni, yang sebelumnya ingin sekali mendapat keuntungan, akhirnya merasa terjebak antara dua dunia: dunia ambisi pribadi dan dunia kebersamaan. Ketika semua orang sibuk dengan perdebatan mereka, Doni mulai merasa cemas. Ia menyadari, meskipun ia berpikir punya strategi jitu untuk mendapatkan lebih banyak, kadang-kadang, yang kita butuhkan bukanlah harta atau kekuasaan—tetapi kedamaian dan kebersamaan.
Pak Surya, yang mulai memperhatikan kegelisahan Doni, mendekatinya dengan senyum bijak. “Terkadang, hidup bukan tentang memilih jalan yang paling cepat menuju kekayaan, tapi tentang memilih jalan yang membawa kedamaian bagi semua,” katanya sambil mengelus kepala Doni.
Doni pun mulai menyadari bahwa mungkin Pak Surya memang lebih bijaksana dari yang ia kira. Jalan menuju kebahagiaan dan harta yang sejati bukan lewat taktik licik, tetapi melalui hubungan yang penuh rasa hormat dan perhatian terhadap orang lain.
Bab 8: Penyelesaian yang Tak Terduga
Ketika akhirnya keputusan tentang pembangunan jalan diambil, ternyata hasilnya sangat mengejutkan. Warga desa memutuskan untuk menunda proyek tersebut demi menjaga kedamaian yang sudah ada. Dan, justru dari keputusan itu, mereka menemukan bahwa kehangatan hubungan antar tetangga jauh lebih penting daripada mempercepat perkembangan yang bisa saja merusak kerukunan mereka.
Doni, yang sebelumnya berpikir bahwa ia akan mendapatkan keuntungan dari proyek ini, merasa lega. Mungkin, ia tidak mendapatkan harta atau tahta, tapi ia mendapatkan sesuatu yang lebih berharga: pemahaman tentang apa yang benar-benar penting dalam hidup.
Bab 9: Kembali ke Awal
Akhirnya, kehidupan di desa kembali normal, dengan sedikit lebih banyak tawa, percakapan, dan kebersamaan. Doni dan Bu Ratna malah sering bekerja bersama dalam berbagai kegiatan sosial. Pak Surya, dengan senyum bijaknya, tetap menjadi penasihat yang tak tergantikan bagi mereka semua.
Baca Juga : Horizon Delta: Peradaban yang Hilang (Aliana Novel)
Pada akhirnya, Doni belajar bahwa, meskipun harta dan tahta mungkin menarik, apa yang benar-benar membuat hidup bermakna adalah hubungan yang dibangun dengan baik, ketulusan hati, dan kedamaian dalam hidup.
Tamat
Doni tersenyum, memandang langit yang mulai gelap. Mungkin dunia ini penuh dengan masalah tetangga yang tak ada habisnya, tetapi ia tahu satu hal pasti: kadang-kadang, kita harus berhenti mengejar harta untuk menemukan apa yang sudah ada di depan mata—kebahagiaan yang datang dari kehadiran orang-orang di sekitar kita.